Shania Andriana Aploegi
NIM : 11190260000089
Flash Fiction
Flash Fiction (Cerita singkat)
Karena jumlah kata yang sedikit, sering kali flash fiction memiliki cara yang berbeda untuk membentuk cerita yang dibawanya. Jika dalam novel atau cerpen tradisional kita bisa membangun karakter protagonis, antagonis, setting, konflik, dan penyelesaian dengan leluasa; [dalam flash fiction], elemen-elemen tersebut sering kali bisa dihilangkan.
Berikut adalah contoh Flash Fiction karya Shania Andriana Aploegi alias saya.
Menyesal
Pagi nan cerah menyinari kamarku, matahari baru menunjukan batang hidungnya. Ku tarik nafas panjang dan menghembuskannya. Kepalaku terasa sangat sakit. ting..ting.. ting.. ah bunyi notif pesan membuyarkan lamunanku. Ada berpuluh-puluh pesan masuk di Instagramku. Aku terdiam. Ku buka satu persatu pesan dan diantaranya adalah seorang dari bar yang kudatangi semalam. “ayo kita pergi dari kota ini, kau bilang sudah bosan hidup bersama ayahmu yang pemarah itu, aku siap menanggung segala keperluanmu, ku jemput jam 9 nanti di apartemenmu”. Aku pun bergegas mengambil koper dan berberes. Waktu sudah menunjukan pukul 8.50. Mobil hitam sedan terparkir di depan lobby. Dengan setengah berlari aku memasukan barang-barang dan segera pergi sebelum dilihat satpam. Aku tak ingin ayahku tau soal ini. Setelah beberapa menit di perjalanan “kau masih ingat aku bukan?” kata pria itu. Aku mencoba me-reka ulang kejadian semalam namun sulit. “ahahaha Jason bukan?” kataku sedikit malu. “good girl” katanya. Sepanjang jalan kami bercerita dan tertawa, akupun larut kedalam obrolannya, kurasa ku jatuh cinta dengannya. “mari kita rayakan keberanianmu dengan minum sampanye, cheers”. Satu gelas dalam sekali teguk. Tidak terasa 2 jam sudah berlalu. Kami menyusuri hutan rimbun. Sudah tidak ada lagi mobil melintas. “dimana kita?” tanyaku namun tidak dijawab. Aku melihat sebuah rumah dengan segerombolan pria di depannya. Perasaanku mulai tak enak. Jason berhenti tepat di depan para pria itu, dan mereka berbicara sesuatu tentang harga, aku mulai takut dan mencoba untuk mengendap endap keluar saat kulihat seorang perempuan setengah telanjang berlari dari dalam rumah itu sambil berteriak minta tolong. Namun telat, kepalaku terasa berat. Andai aku tidak melakukan perjalanan ini. Tidak lama pintu mobil terbuka. “Selamat datang di rumah barumu, rumah bordil”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar